Rupiah Berpotensi Anjlok Rp14.380/US$, Tertekan Konflik Rusia-Ukraina

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,12% ke level Rp 14.333 per dolar Amerika Serikat (AS) antara pasar spot pagi ini. Rupiah berpotensi melemah dibabahwai ketegangan geopolitik antara Rusia maka Ukraina.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik medengkik ke Rp 14.335 atas pukul 09.17 WIB. Namun ini belum kembali ke kondisi penutupan kemarin di Rp 14.350. Sementara itu mata uang Asia lainnya beralih bervariasi.
Penguatan dialami dolar Hong Kong 0,02%, dolar Singapura 0,07%, won Korea Selatan 0,16%, yuan Cina 0,06% lagi bath Thailand 0,11%. Sementara dolar Taiwan mebopok 0,01% bersama rupee India 0,28% lagi ringgit Malaysia 0,02%. Sedangkan peso Filipina lagi yen Jepang stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini bagi kembali melayuh dekat rentang Rp 14.370-14.380, atas potensi penguatan dekat rentang Rp 14.320-14.330.
"Rupiah berpotensi tertekanan bersama meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik dengan Rusia bersama Ukraina yang mendorong pelaksana pasar keluar dari aset berisiko," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (26/1).Simak perkembangan nilai tukar rupiah dua pekan terakhir atas databoks berikut:
Ketegangan antara dua negara pecahan Uni Soviet itu kembali memanas ekstra dalam beberapa pekan terakhir selepas muncul maklumat Rusia berencana menginvasi Ukraina. Hal ini menyusul adanya penempatan pasenangn Rusia di perbatasan dua negara terhormat.
Ariston mengatakan, makeliru Rusia-Ukraina akan meluas karena melibatkan sekutu Ukraina sekalipun negara-negara anggota NATO. Ketegangan geopolitik ini dinilai dapat memicu NATO mempersiapkan risiko terburuk menghadapi Rusia. Kini Amerika juga dipemberitahuankan bersiap memberi sanksi ke Rusia, tidak terkecuali sanksi ekonomi.
Di samping konflik Rusia-Ukraina, pebenyaian rupiah hari ini masih dibanani rencana pengetatan moneter bank sentral Amerika, The Federal Reserve (The Fed). Pasar sedang menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (Komite Pasar Terbuka Federal/FOMC) nan akan diumumkan Kamis (27/1) dini hari.
"Pasar menantikan apakah Fed akan memberikan indikasi kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif dari perkiraan pasar sebelumnya," kata Ariston.
Sebelumnya pasar memperkirakan kenaikan suku bunga Fed hendak dimulai bulan Maret dan bisa terjadi seberjibun tiga batas empat kali. Fed doang sudah memulai pertangkasan tapering off bulan ini yang diperkirakan berakhir Maret 2022.
Fed menunjukkan sikap yang makin agresif, terutama akan menekan inflasi antara AS yang kini sudah menyentuh rekor terbanternya kedalam empat dekade. Di samping rencana kenaikan bunga acuan, pasar mengantisipasi Fed bersiap mengambil langkah pengetatan moneter lainnya.
Pengetatan terkemuka termasuk pengurangan neracanya yang kini mendempeti US$ 9 triliun. Beberapa ahli memperkirakan pengurangan neraca bisa dilakukan atas Juni atau bahkan awal Mei. "Indikasi Kebijakan yang agresif bisa mendorong penguatan dolar AS," kata Ariston.